Sabtu, 17 September 2016
Pengakuan Kepala Desa Ujung Bulu Rumbia tentang Kopi Arabika Rumbia
Kopi yang tumbuh di Desa Ujung Bulu, Kecamatan Rumbia, Kabupaten Jeneponto, jenis Arabika.
Kelebihannya, karena derajat keasamannya rendah dan bercita rasa madu.
"Mengenai kualitas kopi di desa ini, peneliti asal Jepang yang mengatakan bahwa kopi disini sangat spesial, tidak ada di tempat lain. Alasannya karena tingkat keasamannya rendah dan bercita rasa madu. Peneliti Jepang yang mengatakan hal itu saat berkunjung kesini beberapa tahun lalu hanya untuk meneliti rasa kopi yang tumbuh di desa ini," kata Kepala Desa Ujung Bulu, Mansur, Sabtu (7/5/16).
Menurut Mansur, kopi dari Desa Ujung Bulu menjadi spesial karena metode perawatan tanaman kopi yang dilakukan petani desa tersebut berbeda dengan daerah lain.
"Yang tidak percaya kopi desa kami sangat spesial, silakan datang, akan saya jamu dengan kopi asli Ujung Bulu. Insya Allah, penduduk desa ini akan ramah menyambut setiap tamu," ujarnya.
Bisa juga ngopi di Warkop Turatea, Jl Daeng Regge, Makassar.
"Kopi di Warkop Turatea di Makassar itu dari sini, asli, tidak dicampur kopi lain," tegasnya.
Sebelumnya, tribunjeneponto.com memberitakan kisah kopi Desa Ujung Bulu yang tak dikenal karena ulah para tengkulak.
Ini petikan beritanya.
Anda sering mendengar Bumi Turatea, julukan Kabupaten Jeneponto, adalah daerah kering nan gersang?
Itu tidak sepenuhnya benar.
Sebab di daerah ini, ada satu kecamatan, yaitu Rumbia berada di dataran tinggi.
Tanahnya subur, cuacanya dingin, dan pemandangannya indah.
Kecamatan Rumbia adalah penghasil sayur dan buah serta daerah wisata pegunungan di Jeneponto.
Wilayahnya berbatasan dengan Kecamatan Malakaji, Kabupaten Gowa, daerah perbukitan subur masih bagian dari kaki Pegunungan Lompobattang.
Selain sayur dan buah, Kecamatan Rumbia juga penghasil kopi.
Di Desa Ujung Bulu, misalnya, terdapat kebun kopi seluas sekitar 150 hektar.
"Dari hasil pemetaan wilayah, baik batas luar maupun batas dalam, ada sekitar 150 hektar kebun di desa kami," ujar Mansur, Kepala Desa Ujung Bulu, ditemui tribunjeneponto.com, Sabtu (7/5/2016).
"Produksi kopi desa kami ratusan ton per tahun. Di desa ini, setiap kepala keluarga punya kebun kopi," tambah Mansur.
Mengapa kopi dari Desa Ujung Bulu ini tidak diketahui masyarakat luas?
"Itu karena ulah tengkulak. Mereka mengambil kopi di desa ini tapi saat menjualnya mengatakan kalau kopi itu dari Malakaji," kata Mansur.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar