Sebelum membaca
tulisan ini sampai kalimat terakhir, saya berharap Anda tidak menaruh kesan
bahwa kopi itu sangat kompleks, banyak rumus dan aturan, ini dan begitulah.
Memang benar, kenikmatan secangkir kopi berasal dari tahapan proses yang
panjang. Mulai dari budidayanya, pemetikan, proses pascapanen, sortase, roasting, cupping,
seduh (brewing) dan cara meminum—yang akan menjadi topik utama tulisan
ini. Ya, minum kopi pun ada caranya tersendiri, biar rasanya nikmat.
Lagi-lagi, ini bukan
pendapat saya pribadi, melainkan berdasarkan obrolan seputar kopi dengan
beberapa penikmat kopi, bahkan penggelut dunia kopi di Jeneponto.
Lantas, apa saja
tahapan yang harus dilakukan untuk meminum kopi agar mendapatkan kenikmatan
karakter rasa pada kopi?
Kita simak
perlahan-lahan sambil menyeruput kopi…
Setelah
kopi siap diseduh dan disajikan di hadapan Anda, sebaiknya kenali dulu jenis
seduhannya, apakah espresso,Arabica Rumbia, cappuccino, latte atau black
coffee. Pada prinsipnya sebenarnya sama, hanya sedikit yang membedakan
cara menikmatinya.
Sekarang,
anggap saja Anda akan menyeruput espresso. Cara terbaik menikmat espresso ialah
dengan tidak mencampurnya dengan gula. Nikmati aromanya dan seruput perlahan,
lalu tahan sebentar dalam mulut Anda. Sehingga, lidah dan langit-langit mulut
meresap cairan kopi. Pada saat itu, Anda dapat mengenali karakter pada kopi
tersebut, biasanya dapat ditemukan karakter rasa (flavour) coklat yang
pekat, sedikit asam (acidity), pahit dan manis (sweetness).
“Minum kopi sebaiknya
jangan langsung ditelan, tapi tahan dulu di mulut untuk mengenali karakter
rasa, tapi hanya beberapa detik saja, setelah itu baru telan.
Selang beberapa detik,
silakan telan dan rasakan cairan kopi melewati kerongkongan Anda. Sebaiknya
memang, Anda ngopi sambil ditemani cemilan mengandung manis. Misalnya, roti
srikaya, singkong/ubi, kue kering mengandung coklat dan sejenisnya, sehingga
mampu memberikan keseimbangan rasa pada pengecapan Anda
Sudah
menjadi kebiasaan pula meminum kopi dengan gula. dalam hal ini saya bicara
tentang kopi arabika, bukan robusta yang dominan pahit dan minim acidity.
Orang
selalu heran bila melihat saya menyeruput kopi (arabika) tanpa gula. “Masak
minum kopi tak pakek gula, pahit kalilah.” Begitu sering komentar yang saya
terima.
Orang pikir
saya aneh, tidak takut jantung berdenyut, kena asam lambung atau pobia kopi
lainnya. Padahal, saya hanya menikmati kopi apa adanya dan menyadari bahwa kopi
memiliki karakter rasa yang kaya—sekali lagi, dalam hal ini, saya bicara
tentang kopi Arabika, sebab, saya sendiri belum pernah benar-benar menikmati
kopi Robusta tanpa gula atau susu kental manis maupun krimer.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar